We love each other, we respect each other and we wish to be happy ever after

01 Juni 2013

DSA Anakku adalah Partnerku

Posting tulisan kali ini saya tujukan khususnya untuk orangtua baru agar lebih concern lagi dalam memilih dokter anaknya. Seperti yang saya rasakan, pasti orang tua lain juga merasakan bahwa kebutuhan dan kesehatan buah hati adalah nomor satu. Untuk yang satu ini niy, kenapa saya anggap DSA (Dokter Spesialis Anak) adalah partner kita, ya karena kita ga bisa menyerahkan sepenuhnya kesehatan dan pengobatan anak kita pada dokter. Kita harus tahu dan mencari tahu dulu track record si dokter yang kita datangi, apakah dokter tersebut RUM, apakah dokter tersebut ramah dengan konsultasi, ramah waktu konsultasi dan ramah di kantong tentunya..Hahaha 

Saya suka sekali dengan pernyataan dokter Purnamawati, SpAK, MMPed yang menyatakan bahwa sebagai parent kita jangan mendewakan apa kata dokter, tapi kita juga harus aktif menggali informasi, mempelajari dasar-dasar kesehatan dan mempelajari segala sesuatu perihal penyakit yang sedang dialami anak. Dokter is not prescription maker but a diagnose maker. 


Nah, dalam menjatuhkan pilihan DSA untuk anak saya, tendensi saya mencari dokter seperti kriteria di atas, yakni yang RUM (Rational Use of Medecine), RUD (Rational Use og Drugs), mudah diajak berkomunikasi, dan ramah konsultasi. Partnership antara dokter dan pasien ini sudah diterapkan di negara maju, dan sayangnya kondisi ini masih belum membudaya di Indonesia. Padahal dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, pasien (parent) bisa mendapatkan informasi apapun (asal keyword nya tepat) dengan media internet. 


Ohya, ternyata untuk mendukung layanan kedokteran yang baik, pasien harus lebih aktif dalam mencari informasi, bukan hanya pasif dan pasrah saja menuruti obat apa yang diberi dokter dan treatment apa yang diberikan. Dalam hal ini istilah "pasien" digeser dengan istilah konsumen medis. Konsumen Medis bukan hanya memliki hak, tetapi juga kewajiban. Hak konsumen medis yaitu memperoleh informasi yang benar dan obyektif. Dan kewajiban konsumen adalah learn as much as possible.


Pertimbangan saya dalam menentukan DSA:

1. Alysa lahir di KMC, rekam medis awal sudah ada di sana, jadi sebisa mungkin mengkerucutkan pilihan DSA yang ada di KMC. Selain itu KMC adalah RSIA yang terkenal akan RUMnya juga.
2. Pilih DSA yang jadwal prakteknya bisa disesuaikan dengan jadwal saya ataupun suami, artinya tidak hanya praktek di hari kerja dan jam kerja.
3. Cari review di internet.

Setelah timbang menimbang based on gali informasi di internet, cari-cari review track recordnya, akhirnya pilihan dijatuhkan ke dokter Endah Citraresmi, SpA. Selain praktek di KMC, beliau praktek di RS. Harapan Kita. Jadi ceritanya dulu waktu melahirkan di KMC, saya tidak tahu kalau pasien boleh menunjuk DSA nya siapa yang dipilih, jadi waktu itu pasca lahir dan 3 hari di KMC, DSA nya bukan dokter Endah. Tapi sejak kontrol pertama (7 hari setelah dibawa pulang), imunisai 1 bulan, imunisasi 2 bulan, imunisasi 4 bulan lalu Alysa sudah dengan dokter Endah. Kesan yang saya tangkap untuk dokter Endah yaitu dokter yang komunikatif sekali, RUM sekali, dan tiap visit selalu memberi saya PR membaca (itu yang saya suka). Hehehehe.... fyi, untuk ke dokter Endah di hari Sabtu, kadangkala musti book jadwal dari 1 bulan lebih, bahkan waktu itu pernah 2 bulan sebelumnya, karena antrinya banyak... hehehe *antrian tidak menyurutkan niatku untuk berpegang pada prinsipku dalam mengatasi masalah kesehatan anakku* :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar