We love each other, we respect each other and we wish to be happy ever after

02 Juni 2011

Takut Serius???

Mungkin bukan hal aneh, atau bisa dikatakan wajar wajar saja ya apabila seseorang memiliki perasaan takut akan menjalin hubungan yang serius dan berkomitmen. Dan, itulah yang aku alami ketika jalan sama mas. Dari awal, aku juga ga ngerti kenapa yah aku milih mas untuk dijadiin temen deket, atau yah bisa dikatakan pacar (walaupun pada mulanya aku dan mas sendiri ragu akan definisi hubungan kami), mas waktu itu nyatain perasaannya tapi tanpa penegasan hubungan kami itu apakah pacaran ataukah hanya dia ingin mengyampaikan perasaannya saja. Yah wajar aja dong, aku ragu soalnya mas itu tergolong laki-laki yang nurut aku kayak ikhwan-ikhwan gitu yang notabenenya kan ga pacaran.

Definisi hubungan kami menjadi jelas ketika ada seseorang laki-laki lain yang menanyakan kepastian hubungan aku dan mas, dan saat itu saya ragu-ragu menjawab karena mas juga menyerahkan sama aku mengenai hubungan kami berdua, mas bilang terserah aku mau nyebut kami ini pacaran, ta'aruf atau dekat".. Lah? ko gitu, jujur waktu itu aku rada jengkel juga siy, pingin juga bilang kalo aku sama mas ga ada apa2 lantaran jawaban mas yang ga tegas seperti itu. Tapi akhirnya karena takut kehilangan kali yah... Finally mas bilang, kalo aku diminta jawab bahwa kami memang jadian dan pacaran. Duuuh mas.. mas... sedikit aja kamu salah buat keputusan aku dah kemana kali yah... yang tegas dong mas ! :D *peace*

Memang dari awal mas sudah menyatakan bahwa niatannya mendekati aku itu serius dan bukan main-main aja.. tapi buat aku menentukan calon suami itu ga kaya beli handphone gitu aja. Musti ekstra gali informasi, musti kenal dulu gimana orangnya, bagaimana keluarganya dan bagaimana cara dia dalam menghadapi suatu masalah. Cukup lama mas yakinin aku untuk serius sama dia, dan macem-macem juga alasan yang aku utarain untuk menghindari keseriusan itu. Misalnya: mengulur-ulur waktu ketika mau dikenalkan ke orang tuanya atau diajak ke rumahnya, trus alasan-alasan lain seperti ga bisa masak, belum punya tabungan, belum siap lah, etc.
Tapi alasan-alasan yang saya utarain itu satu persatu ditepis sama mas, dan mas terus  berusaha ngeyakinin untuk serius, mulai dari dikenalkan ke orang tua mas dan keluarganya, mas juga berkunjung ke rumah dengan alasan mau anter aku pulang mudik, trus alasan ga bisa masak juga ditepis kan nanti bisa belajar (bahkan alasan ini jadi bahan ketawa sama ibu mas alias diketawain), trus alasan belum punya tabungan ditepis juga dengan alasan kan dia udah ada tabungan, kemudian alasan belum siap juga dibantah katanya kita ga akan pernah merasa siap kalo ga mencoba dan belajar menyiapkan diri. Hahahaha,,,, aku kehabisan alasan lagi...  orang-orang juga sering ngomporin, "kurang apa lagi coba, kuliah udah, kerja juga udah"... ckckck.....

And Finally,, setelah cukup lama mengenal mas, tahu gambaran karakternya seperti apa, dan setidaknya pertanyaan-pertanyaan esensial sudah mulai aku temuin jawabannya, perlahan lahan hati akhirnya menerima dan meniatkan diri untuk menjalin keseriusan sama mas. Semua karena Allah yang menuntun hati supaya tergerak ke arah itu, kalo bukan karena kehendakNya, kami ga bisa sampai ke tahap ini. Terimakasih ya Allah Kau tunjukkan jalan ini, semoga langkahku bersama mas selalu mendapat berkah dan keRidhoanMU ya Rabb. Amin.